Total Jendela Terbuka

Sabtu, 18 Mei 2013

Jendela Esai

Menakar Relevansi Pendidikan

Salah satu fokus utama yang harus diperbaiki dalam dunia pendidikan saat ini adalah mengenai relevansi pendidikan terhadap kebutuhan sosial masyarakat. Permasalahan tersebut terlihat sangat jelas karena berkaitan erat dengan pengangguran yang menjadi permasalahan turun-temurun dari pemerintahan satu ke pemerintahan lainnya. Namun, hal ini kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Padahal pendidikan di bangku sekolah yang nonformal juga dapat memberikan sumbangsih yang besar terhadap negara apabila aspek-aspek yang diperhatikan dalam sekolah tersebut relevan dengan kebutuhan sosial masyarakat meskipun dengan biaya yang cukup minim.

Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Selain itu, menurut data Badan Pusat Statistik melansir jumlah pengangguran di negeri ini mencapai sekitar 8% dari jumlah angkatan kerja dan 12,8 juta jiwa masyarakat Indonesia menganggur baik, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran paruh waktu. Ditambah lagi, menurut Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad di tahun ini ada penambahan jumlah pengangguran sekitar 1,1 juta yakni dari tamatan sekolah (perguruan tinggi) yang belum terserap lapangan pekerjaan. Dari kedua data tersebut, kita dapat melogikakan bahwa seharusnya jika pendidikan itu relevan terhadap kehidupan masyarakat, tentu pengangguran tidak akan sebanyak data yang ada di lapangan apalagi yang pengangguran adalah seorang alumni perguruan tinggi. Hal ini juga membuktikan bahwa pentingnya relevansi tersebut.

Relevansi yang dimaksud adalah adanya pemahaman konsep yang mengaitkan antara pelajaran tersebut dalam kehidupan sosial masyarakat. Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif harus mendapat bagian yang sama.  Sebab tuntutan dari pendidikan bukanlah menghafal ilmu-ilmu yang didapatkan untuk kemudian dilupakan kembali, akan tetapi untuk dipahami dan dimanfaatkan dalam kehidupan.

Aspek-aspek yang paling penting dari semua itu adalah relevansi terhadap nilai ketuhanan, moral, serta kebutuhan kerja di tengah modernisasi teknologi. Aspek-aspek inilah yang nantinya ditanamkan kepada para pelajar untuk diolah dengan kreativitas personal mereka. Penanaman nilai tersebut juga tidak perlu dengan membuat mata pelajaran khusus, namun disisipkan dalam mata pelajaran yang telah ada  dengan modifikasi kurikulum yang nantinya diolah oleh pemerintah pusat atau langsung diserahkan kepada sekolah yang terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar